Tuesday, October 11, 2005

gempa ..

Gempa Pakistan dan Kita

Gempa beberapa hari yang lalu di Pakistan dan negara- negara tetangganya menewaskan lebih dari 30.000 jiwa dan puluhan ribu lainnya luka-luka, mengingatkan kita kembali pada luka baru yang masih segar dalam ingatan, bencana tsunami dan gempa Aceh dan Nias, di negara kita. Korban di negara kita bahkan masih jauh lebih banyak, tercatat sekitar 220 ribu tewas, dan ratusan ribu lainnya terluka, kehilangan rumah dan mata pencaharian dilanda ‘mega bencana’ itu. Bencana-bencana yang terjadi kembali mengingatkan kita bahwa alam memiliki siklus yang harus terus menerus diwaspadai oleh manusia di bumi ini.

Selain Pakistan yang mengalami kerusakan terparah dan korban terbanyak yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan 7,6 skala richter itu, tercatat Afganistan dan India juga terkena guncangan dan menderita kerusakan yang parah. Satu minggu sebelumnya negara Adidaya Amerika Serikat juga dilanda bencana alam badai Katrina yang menewaskan ratusan orang. Hal ini juga mengingatkan kita bahwa tidak ada satu negara pun yang bisa luput dari bencana alam, termasuk negara adi daya.

Tidak ada satu negarapun yang bisa luput dari bencana alam, oleh karena siklus dan pergerakan lapisan bumi yang terus menerus terjadi. Sekedar mengingatkan, negeri China beberapa kali diguncang gempa hebat yang menewaskan 235 ribu jiwa tahun 1920, 200 ribu pada tahun 1927, dan 242 ribu tahun 1976. Ditempat lain, yakni tahun 1923, Jepang juga pernah dilanda gempa hebat, melebihi korban oleh karena bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, dan menewaskan 140 ribu jiwa. Bencana yang berdekatan sebanyak tiga kali terjadi diberbagai belahan dunia yang sama sama tidak mampu diantisipasi teknologi manusia, yakni badai tsunami di negeri kita Indonesia, badai angin topan Katrina di Amerika Serikat, dan gempa bumi di Pakistan.

Kita disadarkan bahwa ternyata dengan kemajuan luar biasa teknologi manusia, tidak ada satupun yang mampu mengontrol alam. Kita malah lebih sedih karena kemajuan teknolgi umat manusia ini lebih menonjol dibidang persenjataan militer yang selalu dipamerkan negara-negara maju supaya dibeli oleh negara negara lain. Walhasil, bumi ini hanya memproduksi alat-alat teknologi yang cenderung menghancurkan bumi itu sendiri, sementara teknologi yang mensejahterakan, atau singkatnya mengendalikan bencana tidak terlalu dipikirkan di dunia. Kita mengenal teknologi militer yang berkembang luar biasa seperti pesawat tempur siluman, bom atom, kapal induk yang menyerupai kota ditengah laut karena bisa bertahan bertahun tahun di tengah laut.

Saatnya dunia untuk berfikir lebih arif untuk memulai secara komprehensif ditingkat global untuk menciptakan teknologi yang berhubungan dengan penyelamatan, pencegahan, dan penanganan umat manusia dari bencana besar yang tidak mengenal ras, agama, politik dan negara ini. Lebih arif dan bijaksana kiranya jika umat manusia ini lebih menyediakan anggaran negara dan anggaran lembaga internasional untuk mengendalikan, memprediksi dan menjinakkan bencana bencana gigantik ini, dibanding menghabiskan anggarannya untuk menciptakan persenjataan pemusnah massal, atau anggaran untuk membangun kekuatan militernya.

Manusia seharusnya tidak hanya bisa saling curiga, antara satu negara dengan negara lain, antara satu agama dengan agama lain, dan lain sebagainya. Saatnya belajar dari bencana bencana global sepanjang abad umur bumi ini, bahwa jika tidak ada penanganan yang serius, bumi ini juga akan terus menceritakan bencana bencana besar yang akan selalu datang mengancam eksistensi umat manusia

No comments: