Tuesday, February 26, 2008

Komentar2 terhadap "Membaca generasi kita"

Berikut ini ada sekitar 11 tulisan komentar terhadap tulisan "membaca generasi kita" yang aku posting di beberapa milis. tulisan ini, bagaimanapun, harus diakui sedikit
nyeleneh, dan oleh karena itu memprovokasi orang utk menanggapinya, ada yg emosional,
tetapi ada juga yg tetap konstruktif...

perdebatan, pasti menghasilkan ide yg lebih cemerlang..!! selamat membaca.

1. Tanggapan Ivay, Pasca Sarjana UI, Hubungan Internasional:

Dear teman-teman,
Pada dasarnya saya setuju dengan apa yang ditulis oleh saudara Saurlin dibawah ini.
Hanya saja perlu di hightlight beberapa hal:
1. Masalah dengan generasi muda Indonesia yang sekarang tanpa rasa nasionalisme?
Sebenarnya masalah ini bukan hanya masalah Indonesia saja, tetapi semua Negara pada umumnya apakah karena sudah tidak mengalami perjuangan membela kemerdekaan secara langsung atau karena perubahan zaman yang makin rusak alias Globalisasi per se Liberalisme. AS dan Eropa bahkan telah memprediksi adanya” generation lost” dan mereka ketakutan dengan kondisi generasi muda Negara Berkembang khususnya China , generasi muda yang pintar dan pekerja keras. Meskipun, tidak sedang membenarkan kondisi generasi muda di Indonesia saat ini. Fyi, generasi muda Westerner banyak yang tidak tahu dimana Indonesia kalau tidak karena Tsunami 2004 kemaren.

2. Ada apa dengan UI?
Para pejabat atau pemimpin di INdonesia maupun di banyak perusahaan-perusaha an di Indonesia pada dasarnya berasal dari alumni Universitas favorit seperti UI, ITB, UGM, Trisakti, Atmajaya, Parahiyangan, dll. Kalau anda sebagai seorang HRD Specialist, mana yang akan anda pilih untuk menduduki satu pos di perusahaan anda? Jujur saja, itu yang mendorong mengapa banyak orang berlajar keras agar bisa masuk salah satu universitas terbaik/favorit di negeri ini.
Tapi mengapa UI menjadi sorotan utama dan dianggap biang kerok?
Lalu bagaimana dengan pemimpin-pemimpin dari univesitas lain? Yang sekarang juga menjadi pemimpin dibidang lain? Di Aceh, di Sumatera Barat, di Sulawesi, di Papua, bahkan di Sumatera Utara? Indonesia kan bukan hanya Pulau Jawa, meskipun memang sistim pemerintahan tetap dikomando dari pusat meski yang namanya otonomi daerah sedang beroperasi. Golongan pengusaha misalnya bukankah itu juga lapisan yang membuat sistim pemerintahan yang korup juga berkembang pesat. Apakah semua pengusaha dari UI?Bagaimana dengan para Bupati/Camat yang ditempa di IPDN?
Opini yang memojokkan satu institusi/lembaga kurang masuk akal, karena bagaimanapun, masih banyak orang-orang yang berjiwa nasionalis di sana . Meskipun harus diakui jumlahnya tidak banyak dan suara mereka “tertelan” oleh derasnya arus kepemimpinan sableng pemimpin masa kini. Mereka akhirnya memilih posisi lain agar nasionalisme/ idealisme mereka tetap bisa dijaga kemurniaannya. Sebagai informasi, tulisan-tulisan yang sering dimuat di kolom opini Harian Kompas kebanyakan dari orang-orang UI yang nasionalismenya perlu diacungkan jempol.

Saya tidak sedang membela UI karena saya sedang menimba ilmu disana saat ini....

2. tanggapan Joy Harold, Jakarta, akuntan: Hopless dengan Jakarta

Brur King,

Aku udah Hopeless melihat tingkah laku generasi muda di Jakarta ini.
Hampir dari semua generasi muda yang sempat aku diskusi sama mereka, ngga tau apa yang musti mereka lakukan untuk memperbaiki bangsa ini. Bukannya mereka ngga tau keadaan, tapi tau dan tidak mau tau. Lebih dalam lagi aku tanya tujuan hidup sama mereka, memang pertanyaan ini mendasar, dan sulit jawabnya, tapi sebagian besar dari mereka juga ngga tau apa itu tujuan hidup. Statement mereka kalo disimpulkan cuman satu : Goin with the flow alias ngikutin arus. Nah sedikit aku tantang, bukannya arus jaman ini menuju kehancuran moral, pemunduran daya pikir kritis, dan kealpaan pengenalan diri sendiri. Tetep mereka tidak bisa mengerti bahasa2 tersebut. Contoh paling gampang aku tanya sama mereka siapa idola mereka, ada yang selebritis, ada yang olahragawan ada juga sih pejuang2 nasionalis kita jaman kemerdekaan, tapi kalo di tanya dasar apa yang membuat idola2 mereka bisa jadi terkenal, tetap mereka ngga tau. Mungkin Given, atau mungkin otak dan kemampuan mereka yang begitu luar biasa dahsyat sehingga idola2 itu ngga bisa didekatin dengan cara dasar manusia mengenali kehidupan mereka: Tujuan Hidup.

Setuju aku kalo disebut lulusan universitas2 besar di Indonesia sekarang ngga ada gunanya. Tetapi ngga semuanya begitu. Akan tetapi, sebagian besar yang begitu. Kelakuan para lulusan dari Univeritas yng Kredibel, didunia kerja lebih sableng dari generasi2 tua mereka. Kenapa lebih sableng karena mereka menggunakan otaknya yang cemerlang itu untuk melanggengkan nafsu2 serakah tikus2 tua, pengusaha, DPR
Pegawai Negeri dll. Nah kalo mereka nanti mereka jadi pemimpin bgm lagi ?, yang pasti akan lebih rakus dan serakah dari generasi sebelumnya, mereka lebih tahu cara untuk curang.

Aku melihat sendiri dan menyaksikan sendiri tikus2 tua menyetir para intelektual muda untuk berpikir miring. Sekarang moral menjadi kabur bagi generasi muda. karena yang tua ngajarin moral bejat sama mereka. Yah di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, tempat main, jadi tempat yang sama2 mengaburkan. Kita ngga bisa serta-merta nyalahin mereka. Karena siapa juga yang bisa bertahan dalam kondisi seperti itu, apa bukti nyata yang mereka bisa saksikan tentang nasionalisme, apa yang bisa mereka rasakan dalam hati mereka sehingga ada kesadaran bahwa mereka itu adalah generasi muda penerus bangsa ini. Kalo kita bicara perjuangan kemerdekaan 45, udah basi. Kalo kita ngomongin tokoh dunia2 seperti Gandhi, Marthin Luther, Mother Teresa, itu sangat asing bagi mereka, dalam artian mereka hanya mengenal sejarahnya saja. Pikiran2 tokoh2 itu tak terikuti mereka, habis tidak ada di kurikulum sejarah.

Kita udah ngga bisa nyalahin sejarah, karena toh ngga ada efeknya kalo tidak ada perubahan. Perubahan bagi generasi muda sudah sering terjadi tapi secara spontanitas, habis itu, yah habis, karena tidak mengakar (reformasi 97, Malari dll). Terus kemanakah perginya semangat reformasi itu?. Itu yang musti di cari, perubahan sosial
dan ekonomi udah mengarah seperti tahun 97. Mudah2an jangan terjadi perubahan spontanitas seperti kemarin. Dampaknya akan lebih buruk bagi generasi seterusnya.

Kita musti teruskan perjuangan, dari kelompok2 kecil, bukan aja di daerah, kenapa ngga di Jakarta. mudah2an bisa. kami yang di Jakarta bisa juga berjuang. Coba kita cari kelompok2 kecil di daerah yang se ide.

salam,

J Harold.

3. Jerry, auditor, jakarta:
Wuah,
Kayanya mantap nih.
Udah bisa gak aku cari ban mobil dan bensin sebotol.
Buat kita bakar di jalanan.
Hehehe... (kidding) jangan serius kali bacanya... :p
...

Salam,
Jerry

4. Reagen, Alumni FE USU:
Nasionalisme, yang kulihat sih nasinalisme kita sekarang ini sifatnya hanya rekaksioner , ketika lagu daerah, ambalat kita di caplok oleh Malaysia kita langsung berkoar-koar menyatakan kami siap angkat senjata melawan malysia. inilah nasionalime yang tidak berakar hanya panas-panas tahi ayam. tidak mengerti arti dari pada nasionalisme itu sendiri,nasionalism e yang sempit. sulit sekali kurasa tuk mebangun rasa nasionalisme pemuda-pemuda sekarang, karena pikiran mereka sudah terkontaminasi oleh arus globalisasi dan penggunaan teknologi yang konsumtif, sementara tidak punya fondasi yang kuat untuk meng Counter arus globalisai dan kemajuan teknologi, salah-satu cara yang masih mungkin adalah adanya satu topik mata pelajaran "nasionalisme" dari TK sampai perguruan tinggii sehingga akan lahir pemikiran "kami adalah negara yang mempunyai martabat yang sama dengan negara lain, aku akan mengorbankan jiwa dan ragaku demi kesejahteraan dan kemakmuran bangsaku,tidak ada lagi kemiskinan!! !, tidak ada lagi kelaparan!!! , tidak ada lagi Penindasan!! !. ,dengan demikian generasi ini sedikit lebih mengetahui dan memiliki akar akan arti penting sebuah nasionalisme, kalau tidak maka negri ini akan kehilangan generasi-generasi yang punya rasa nasionalisme seperti yang diceritakan King bukan pada saat lagu daerah di caplok rakyat mau angkat senjata(nasionalism e reaksioner), dengan demikian negrii ini tidak menjual diri lagi seperti WTS di pinggir jalan kepada KAPITAL. tapi bagaimana caranya menambah korikulum baru ini? tunggu aku dulu lah jadi mentri pendidikan,he. ... Kalau aku melihat jakarta sibuk dengan bisnis, bagaimana mencari untung yang sebesar-besarnya tak pentng ama orang-orang yang kelaparan, tergusur,tertindas sapa lo sapa gua... semoga forom ini semakin menarik orang yang gelisah maupun yang tidak gelisah tuk sama-sama merefleksikan kondisi bangsa kita yang kian hari semakin carut marut.


from: reagen,nasionalis muda

5.Tanggapan Heru, TU Delf, NL:

Re: [Stuned2007] membaca generasi kita

Dear Pak Perigi,

Refleksi yang menarik, tapi ada beberapa statement anda yang menggeltik saya untuk menanggapi.....

“…………..goblok karena bercita-cita jadi pegawai negri, pegawai beacukai, pegawai depkeu, dan kemudian dapat gaji, nikah, punya anak, dan orang tuanya punya cucu yg manis-manis.
(yah..memang masih ada satu dua orang yg tidak begitu)………”

Saya jadi ingin tahu nih.............
Apa salahnya dengan bercita cita menjadi pegawai negeri...pegawai ini ..itu dll... ?
Bukankah setiap individu punya tujuan hidup, bakat-minat, dan pilihannya masing masing...
Jika dihubungkan dengan tanggungjawabnya dalam kehidupan berbangsa bernegara...,
apakah yang memilih sebaliknya (tidak menjadi pegawai negeri) akan menjadi lebih baik menurut opini anda?

Pendapat saya, setiap orang memiliki perannya masing2 dan siapapun bisa memberikan kontribusi positif pada bangsa atau lingkungan kita dimanapun dia berada, apapun profesi dia, apapun pilihan hidup mereka......

Yang membedakan hanya ‘mental model’... dan ‘moral’ ...dan ‘komitmen’ ...tiap individu...

Samasekali ngga ada hubungannya apakah dia itu..... pegawai negeri....LSM......swasta..... watawan....... guru .... seniman .... pemusik..... peneliti ......presiden

Jadi saya kira ... mungkin agak kurang tepat mengatakan anda salah atau goblok kalo bercita cita jadi pegawai negeri..... apapun cita cita dan pilihan profesi seseorang ngga ada yang salah....dan bukan suatu kebodohan

Oh ya saya bukan pegawai negeri ... ;-)

Salam hangat... dan keep on writing and posting ! ... :-P



S. Heru Prabowo
MSc. Strategic Product Design
Faculty of Industrial Design Engineering
Technische Universiteit DELFT

Leeghwaterstraat 61
2628 CB, Delft
The Netherlands
Phone : +31 6266 43365

6.Tanggapan dr. Suyanto, amsterdam
Bersama membangun bangsa (tanggapan ke Pak Perigi)

Dear Bang Saurlin, Horas

Sudah lama pula aku tak jumpa kau, bagaimana kabar, ? baik kan
Menarik artikelmu, aku tak terkejutlah dengan gaya tulisan kau tuh, anak medan memang langsung langsung saja, aku pun terasa ditusuk nya oleh kau, karena bagaimanapun aku ini alumni universitas terkenal, kan dan PNS pula tuh,
tapi itu kan demi kebaikan kita juga, aku maklum.

Gara gara dimulai saudara seperjuangan kita di Mampang si Heri , jadi aku terpancing juga kasih komentar tentang tulisan kau.
Aku tak sepenuhnya setuju dengan tulisan kau.Tapi esensi tulisan kau , itu aku setuju. Sedikit direvisi saja.

Menurutku semua dari kita memiliki tanggungjawab memperbaiki negara, dengan caranya masing masing. Ada yang dari birokrat keuangan macam teman kita Si Sunadi, pendidikan macam Si Wawan, ngurusin orang sakit jiwa macam si Irni, Lsm macam si Endang, si Arfi yang jagain hutan kalimantan (sori yang tidak disebutin lainnya), atau Heri in the midle, aset negara yang tidak bercita cita jadi PNS, tapi bekerja untuk bangsa.
Yang penting semua bersedia memikirkan demi kemajuan bangsa ini, dan dibawa kemana arah nya.

Berikut ini aku lampirkan berita dari koran lokal, Riau Post 20 Januari, saat Presiden menghadiri Perayaan Imlek Nasional.
Tema yang diangkat dalam perayaan Imlek Nasional kali ini disesuaikan dengan kondisi sekarang. Yaitu "Rakyat adalah Pokok Negara, Tokoh Kokoh Negara Sejahtera." Tema ini, menurut Budi, diangkat pada satu episode kehidupan Konghucu 2500 tahun lalu. Intinya adalah rakyat sebagai komponen terpenting dari suatu negara. Disamping wajib diberdayakan, rakyat dididik pengetahuan maupun budi pekertinya, juga punya tanggung jawab atas negara sendiri. "Jadi, disamping pemerintah wajib untuk memberdayakan rakyat, rakyat sendiri juga harus timbul kesadaran untuk bangkit. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama kita berharap menjadi masyarakat madani, masyarakat yang punya kemampuan dan tanggung jawab seperti itu,"

Sekian dulu ya, kalau kau ke Amsterdam, singahlah ke tempat aku, dah lama kita tak diskusi. Masih ingat nya aku saat kita sama sama menjelajahi jakarta dengan bus way, hehe.

dr suyanto
Royal Tropical Institute
Policy and Heath Development
Amsterdam

7. klarifiksi dari penulis:
"sisi lain dari tulisan yang salah kaprah"
dear teman2,
terimakasih banyak buat heri dan suyanto,
kita akan lebih baik dan lebih tajam jika saling
mengingatkan sesama teman..

oleh karena pemilihan kata-kata yg kurang pas itu,
dan jika oleh karena itu merusak komunikasi kita,
penggalan kalimatku yg dikutip teman2 itu aku anggap
sebagai salah, dan minta maaf jika ada yg tersinggung.

personal blaming tentu tidak terlalu tepat, system
yang diciptakan sedemikian rupa, memang telah
menyebabkan kehadiran "orang orang idealis" dari
dalam menjadi hampir mustahil, kalau tidak
akan mengalami sosial eksklusi dan diskriminasi
sistemik. itu kata2 yg lebih tepat.

itu adalah ekor tulisan dari kepala (yg lebih
membutuhkan elaborasi), yakni mempertanyakan
sebuah generasi. pertanyaan sebuah generasi terhadap
generasi yang lain. sebuah generasi yg berani berkata:
kami telah meletakkan dasar bangsa ini; nah,
kamu, generasimu, apa yg kau letakkan utk
keberlanjutan dan kelestarian bangsa ini?
begitulah, mohon tidak mempersonifikasi apalagi
dengan menyebut nama teman2, ini adalah pertanyaan
yg tidak harus dihubungkan dengan posisi kita
secara personal saat ini di indonesia..
kita sedang berjarak dengan peran dan posisi
masing masing di indonesia, oleh karenanya
berjarak dengan realitas sehari2.
sehingga lebih objektif melakukan kritik (dan
otokritik).

aku pikir media informal seperti milis ini
menarik bagi kita membicarakan sesuatu
dengan telanjang, tidak perlu malu2,
merusak wibawa, bla-bla..heheee...

ngomong sekeras dan setajam apapun kita dimilis
ini ngga bakalan ada perubahan real kok,
ngga bakalan ada pemotongan beasiswa..hehehe
apalagi ngomong yang halus-halus...hehehe..

aku kira di rules and regulation stuned
tidak tercantum pasal "jika kedapatan
memposting tulisan yg gila,
maka beasiswa akan dihentikan sejenak
menunggu yang bersangkutan memberikan
klarifikasi..hehe
kecuali karena tulisan ini, muncul yurisprudensi...:)

salam dialektika,

perigi.

8. tanggapan erlan, twente univ, NL
Re: [Stuned2007] sisi lain dari sebuah tulisan yang salah kaprah (tanggapan)

Menanggapi tulisannya Pak Stevie,

Sebenarnya saya bukan termasuk orang yang suka menanggapi tulisan orang lain, tetapi kali ini saya sangat tergelitik dengan ide-ide dan pandangan yang dikemukakan pak Stevie.
Pada intinya saya sangat setuju dengan apa yang diungkapkan Pak Stevie ttg tanggapan dari persoalan 'idealisme' dari dua kubu yang berbeda dan bagaimana sebuah 'idealisme' itu berevolusi dalam diri seseorang. Yang perlu kita ketahui disini (dan harus kita renungi) adalah sampai dimanakah kita dan berada dimanakah posisi 'idealisme' kita.
Untuk itu, tulisan Pak Stevie ini bisa dijadikan kerangka pikir kita dalam mengevaluasi diri (termasuk saya tentunya...)
Sebagai langkah awal (dan juga untuk berlatih mengenali posisi idealisme kita), bisa teman-teman mulai dari mencermati tulisan-tulisan yang ada dalam milist ini. Saya sangat yakin bahwa rekan-rekan di milist ini akan dapat dengan SANGAT MUDAH menilai sampai dimanakah 'idealisme' (sebagian besar) kita berada saat ini.
Selamat menganalisa!
NB: dan bila sudah tahu hasilnya tentu ada langkah konkrit untuk menindaklanjutinya kan?

Salam

Erland
Public Administration 2007/2008
University of Twente
Enschede
The Netherlands

9. tanggapan heru
Re: [Stuned2007] sisi lain dari sebuah tulisan yang salah kaprah (tanggapan)

Dear Pak Perigi,

Salut atas self-critic nya yang cukup terbuka,

Mungkin sedikit koreksi ngga penting dari saya, saya Heru Prabowo bisa dipanggil Stevie disini, saya bukan Heri Prabowo
Kita sama sama di TU DELFT, tapi dua orang yang berbeda......
Pak Heri di CivielTechniek saya di IndustrieelOntwerpen
Gara gara nama yang hampir mirip ini juga surat Residence Permit kami pernah tertukar,
di Dutch class saya juga pernah ditanya kenapa subscribe user name komputer sampai 2 kali dan dosen sempat tidak percaya kalau ada last name yang mirip tanpa mempunyai hubungan famili samasekali.........
bukan demikian pak Heri ? ;-)

Oh ya sekedar menambahkan catatan anda.....tentang “idealisme”......

Dalam pandangan saya,

seseorang dalam proses pendewasaannya akan belajar dan mengetahui bahwa secara normatif - teoritis ada suatu kondisi ideal yang semestinya (mungkin) bisa diwujudkan............
namun dia menemukan pada kenyataannya ada ‘gap’ antara kondisi ideal dengan realita yang ada.........
maka sebagian orang seorang akan menjadi idealis
Idealis.....
adalah seseorang yang meyakini bahwa kondisi ideal itu harus terjadi.
(namun sayangnya secara umum tanpa melihat lebih jauh kompleksitas masalah atau
at least ...mencoba memandang dari perspektif yang berbeda...)

... tidak ada solusi yang ditawarkan untuk menjembatani ‘gap’ ini
sikap yang muncul adalah....... frustasi.....emosi......kemarahan.... pemberontakan ..... perlawanan.....sikap anti kemapanan....memaksakan pendapat........dsb.

Ini umum terjadi pada mahasiswa ... anak muda .... atau mereka siapapun yang tidak mau memandang dari wawasan yang lebih luas....

Bagi mahasiswa, saya kira ini wajar..... sebagai bagian dari suatu ‘learning process’
sebab sebagai mahasiswa muda yang baru mulai belajar, dia baru saja 'aware' bahwa antara kondisi ideal dan realita terdapat gap yang sangat besar.......
"keterkejutan" ini membangkitkan sikap emosional dan kemarahan......
tapi sayangnya cuma berhenti sampai disini............

maka dari itu saya yakini........... bukan disini sebenarnya posisi seorang intelektual.....


Seiring dengan berjalannya waktu....bertambah mature level intelektual seseorang dan ...bertambahnya wawasan dari melihat banyak ragam masalah .. kehidupan......dan dunia ,
pada umumunya.....idealisme seseorang akan mengalami perubahan.. pada level tertentu....

sering kita dengar..”..saya sudah tidak idealis lagi...” . atau ...” apa yang terjadi dengan “idealisme” para aktifis mahasiwa 60’an ketika mereka menjadi pejabat.......”

secara umum seseorang akan menjadi lebih "realistis"...........
sudut pandang yang realistis bisa berwujud mungkin pada sikap yang optimis atau skeptis....

idealis - realistis - optimis........
seseorang tahu bagaimana kondisi ideal yang seharusnya.... dia melihat ‘gap’ itu ada pada kondisi realita....... dia masih percaya bahwa situasi ideal masih bisa diwujudkan.......... namun dia aware ...menyadari kompleksitas masalahnya....... menyadari bahwa perlawanan dan sikap radikal tidak selalu menyelesaikan masalah ........
.....dia mencoba mencari jawabannya.....melalu pengetahuannya
.....untuk menjadi lebih bijak dia akan mencoba melhat dan menimbang dari beragam perspektif yang ada
dan pada akhirnya mencoba menawarkan solusinya........
( tidak jauh berbeda dengan “science method” kan....?)

Dalam pandangan saya.....
sebagai intelektual semestinya disinilah posisi kita seharusnya..........
sering kita dengar...
" anda jangan cuma bisa mengkritik.......anda jangan cuma bisa menyalahkan...... apa solusi yang anda tawarkan.....??? ..... mari kita duduk diskusikan
kalau anda cuma bisa mengkritik semua orang juga bisa melakukannya.......lalu apa bedanya anda sebagai intelektual dan yang bukan.......?? "

Secara umum,
Untuk mewujudkan ‘perubahan ke arah yang lebih baik’ seseorang akan selalu memposisikan dirinya berdasar pada dua sikap hidup ini:
idealis murni dengan melakukan perlawanan atau pemberontakan terhadap sistem yang ada........ meruntuhkan sistem yang ada dan membangun “sistem baru yang lebih baik” menurut pandangan dia .....adalah tujuannya....
idealis - realistis - optimis dengan tetap berada pada sistem, dan bekerja untuk melakukan perbaikan ke arah ‘perubahan yang lebih baik’ sesuai dengan peran dan expertise masing2 individu...dengan menawarkan solusi melalui pemikiran dan karya-karyanya.....

Ngga ada yang salah dengan pilihan sikap hidup mana yang dipilih untuk mewujudkan ‘perubahan’ yang diinginkan.
Sejarah juga membuktikan dua kubu sikap ini selalu ada dan akan selalu ada.........

Tapi pertanyaan untuk dipikirkan oleh kita.......
(yang merasa) sebagai seorang intelektual yang “well-educated’, yang suatu saat akan mewarisi tongkat estafet kepemimpinan (dimanapun kita berada dan apapun profesi kita) dalam menentukan arah kebijakan kebijakan strategis untuk kebaikan banyak orang dan kemajuan bangsa......adalah...

dimanakah kita sebaiknya memposisikan diri dan bagaimana kita menghadapi dua kubu yang berbeda prinsip ini .... ketika kita menawarkan suatu ..."perubahan"......?

salam hangat,
Stevie

S. Heru Prabowo
MSc. Strategic Product Design
Faculty of Industrial Design Engineering
Technische Universiteit DELFT

Leeghwaterstraat 61
2628 CB, Delft
The Netherlands
Phone : +31 6266 43365

10. tanggapan penulis:
Re: sisi lain dari sebuah tulisan yang salah kaprah (tanggapan)

terimakasih buat tanggapannya,
ohya, sdr. stevie heru, butiran pikiran anda itu menarik,
banyak istilah yg menarik,
banyak titik titik juga, hehehe
dan juga apresiasi saya buat sdr. rachmad erland, yg untuk
pertamakalinya menanggapi tulisan orang lain.

back to topic,
sdr. stevie, tanggapannya tidak menyentuh apa yg saya promosikan,
mempertanyakan eksistensi sebuah generasi.
justru melebar pada elaborasi 'idealisme' pragmatisme, optimis..
dan lain-lain disertai titik titik, juga penjelasan psikologis
semata atas pilihan2 yg anda sebutkan. bahkan saya tidak menyebut
satu katapun tentang idealisme.

posisi, peran, dan signifikansi sebuah generasi dalam mengintervensi
gerak sejarah(weleh...opo mene..). perdebatan ini sudah mulai muncul
di indonesia 5 tahun terakhir, setelah 'reformasi' dianggap gagal,
dibajak, ditumis, dan kemudian digoreng pake sambal, hehehe.

tahun 2003 bulan oktober, sekelompok pemuda, di Jakarta (dengan 'J'
besar), dimotori Rizal Ramli mendeklarasikan Komite Bangkit
Indonesia, dengan mempromosikan pertanyaan yg kurang lebih sama
dengan pertanyaan diatas: "kevakuman generasi" . tapi tentu deklarasi
diakhiri dengan lagu indonesia raya, dan pulang kerumah masing-
masing. bener2 pulang dan ngga kembali..

kemudian,tahun lalu,(lagi lagi di jakarta..tau sendirilah..:))
sekelompok muda, dimotori oneng,fajrul rachman,faisal basri,dll,
mencetuskan ikrar kaum muda indonesia. hemat saya, ini juga tidak
berbeda,setelah menghormat bendera di gedung arsip nasional, ya
pulang, tidur dengan tenang, dialam baka.

aku menghargai upaya-upaya untuk melahirkan bayi 'generasi' seperti
itu sebagai anti tesis terhadap kelompok korup tua bangka lama yang
masih berkuasa. tetapi adakah, (sebagaimana pertanyaan kritis
terhadap eksistensi generasi) signifikansi dari kedua ikrar tersebut?

salam,

perigi.

11. tanggapan heru:
Re: [Stuned2007] Re: sisi lain dari sebuah tulisan yang salah kaprah (tanggapan)

iya pak Perigi, mungkin sebenarnya saya tidak menanggapi secara menyeluruh ya... jadi header subjectnya salah, saya hanya menambahkan tepatnya... karena anda sempat menulis tentang mustahilnya kehadiran "orang orang idealis dari dalam sistem"... jadi saya ingin menambahkan sedikit refleksi ttg idealisme..... semoga berkenan...;-)

OK semoga sukses dan terus berkarya dengan pemikiran2 nya !

salam,
Stevie

Friday, February 22, 2008

membaca generasi kita

mengikuti beberapa pertemuan "orang tua" di belanda memberikan kesan yg sangat mendalam bagi saya. mereka adalah orang orang yang luar biasa, nasionalis tulen, yang selalu gelisah dan berfikir apa yang harus diperbuat untuk kebaikan bangsa indonesia yang sangat mereka cintai itu. mereka menangis melihat bangsa yang hanyut karena tidak ada pemimpin yang mencintai rakyat seperti jaman mereka, tidak ada yang berfikir untuk bangsa, kecuali hanya berfikir untuk diri sendiri dan oleh karenanya korupsi.

yah, ideologi satu-satunya mereka hanya, nasionalisme. itu sudah lebih dari cukup untuk membangun sebuah bangsa menjadi bangsa yang besar. hmm, nasionalisme, yang saat ini dianggap enteng anak-anak muda, sesungguhnya ideologi tua bangka yang diam-diam dimiliki bangsa bangsa besar didunia modern saat ini. mereka tidak terbuka menyebut bahwa ideologi itulah yang mereka miliki, kecuali hanya bicara demokrasi, liberalisme, hak asasi manusia, dan berbagai jargon besar lainnya.

nah tiba pada pertanyaan paling berat yang pernah dipertanyakan kepadaku. orang tua itu bertanya, sebagai generasi, menurutmu apakah ada ngga kondisi yang lebih baik bangsa kita kedepan? seperti apa generasimu melihat indonesia saat ini dan masa depan?

mulutku seperti kelu. aku bisa ceritakan panjang lebar tentang berbagai hal progress di indonesia, tetapi tidak dengan yang satu ini. apa yang dipikirkan generasi ini tentang dirinya dan bangsanya sendiri? siapakah yang dimaksud dengan generasi ini? dimana menjumpai mereka? adakah generasi ini, jika ya, dimanakah mereka? dalam berbagai hal, aku sepakat dengan indra j piliang yg menulis, generasi tanpa generasi.; generasi saat ini adalah generasi tanpa kaki, generasi selebritis, generasi koran, dan generasi tv.

mungkin memang, generasi saat ini adalah generasi playstation, generasi milis, hanya bisa berkoar2 melalui milis, generasi asosial. ah, tunggu dulu.

beberapa tahun terakhir, aku punya waktu berjalan kebeberapa tempat di indonesia diluar jakarta, seperti aceh, jogja,makassar,klaten, jateng, labuhan batu, pedesaan pelosok pegunungan karo, tapanuli selatan, nias..dan tentunya medan..perjumpaan dengan kelompok kelompok kecil yang masih mau mempersoalkan korupsi, mempersoalkan kemiskinan, masalah bendungan yg merusak petani, masalah buruh kebun yang gajinya hanya tiga ratus ribu sebulan, buruh kontrak, buruh industri,,,dll..seraya menatap indonesia, dengan tangan yang diusap kemuka, menarik nafas panjang, dan kemudian melepaskannya dengan keras...

setahun di jakarta juga memberi kesempatan berjumpa dengan berbagai orang dan situasi. tepatnya orang orang aneh. orang orang yang sangat berbeda dengan orang orang daerah. generasi elo-gua, ada yg nyebut generasi hare gene, generasi yang menurut , sekali lagi indra, generasi tanpa generasi ini. jakarta, memang secara sosial, menurut hemat saya, tidak akan menghasilkan generasi yang bisa melihat masa depan bangsa ini, generasi yang tidak mungkin sempat duduk sebentar dan merenungkan masa depan bangsa ini. lihatlah, jakarta itu adalah kota paling tidak pantas menjadi kota, jakarta adalah kumpulan para perampok, mafia, dari segala penjuru dunia berkantor disana. lihatlah, banjir bulanan yang merendamnya (bukan tahunan), polusinya yg terparah didunia. Universitas Indonesia? itu adalah sarang antek antek asing. sarang think tank untuk meruntuhkan bangsa ini, sejak jaman fe ui akhir 60-an, digarap oleh, apa yg disebut dengan mafia barkeley. aku tidak melihat masa depan indonesia akan berasal dari generasi yang ada di jakarta. mereka tidak punya waktu untuk memikirkan bangsa ini kecuali memikirkan dirinya sendiri, memikirkan perutnya sendiri. inilah kota pusat indonesia, yang virus-nya telah menulari daerah-daerah.

mengharapkan universitas-universitas dengan nama besar di indonesia? juga hampir tidak ada harapan. aku juga sering berjumpa dengan alumni ui, alumni itb, alumni ipb, unpad, dll yang namanya beken, tetapi kepalanya luar biasa tolol dan goblok. memang tidak semua. tapi kebanyakan. tolol kenapa? karena mereka menertawai orang yang masih punya mimpi bahwa indonesia ini bisa lebih baik. goblok karena bercita-cita jadi pegawai negri, pegawai beacukai, pegawai depkeu, dan kemudian dapat gaji, nikah, punya anak, dan orang tuanya punya cucu yg manis-manis.
(yah..memang masih ada satu dua orang yg tidak begitu)
universitas di daerah juga tertulari dengan pola berfikir seperti ini. lihat lah usu, baru baru ini sedang ribut dengan korupsi rektor ratusan milyar..bah..

satu-satunya harapan adalah kelompok-kelompok kecil yang ada di berbagai daerah, (khususnya luar jakarta). cobalah berjalan keberbagai kota kecil, dan temui kelompok2 kecil yang masih mau 'gila' lembur diskusi, menghabiskan waktu bersama petani, buruh kebun, buruh industri,..sesekali berrefleksi ke gunung, menjalin cinta dengan hutan dan sungai. dipundak merekalah, masa depan bangsa ini punya harapan.

nasionalis muda,

saurlin.
nl,22 feb 2008.