Thursday, March 18, 2010

Merayakan kehidupan (kematian?)

Dua kata ini bisa sederhana, tetapi bisa sangat rumit. jika ditanya, apa yang anda pilih dari keduanya? Hampir pasti jawabannya yang pertama, merayakan kehidupan, bukan merayakan kematian. Tapi saya ingin sampaikan, bahwa pada kenyataannya orang kebanyakan sesungguhnya merayakan kematian. memilih merayakan kematian daripada kehidupan. Banyak orang rela mati untuk kematian daripada rela hidup untuk kehidupan, mengurusi hal hal yang berhubungan dengan kematian daripada kehidupan. kita telah menghabiskan begitu banyak waktu dan energi untuk berdebat soal kematian atau hal hal yang mati.

Banyak orang yang rela mati untuk membela kematian, sementara jarang orang yang rela mati untuk membela kehidupan sesama saudara kita yang terancam, keberlangsungan dan kelestarian hutan, keberlangsungan dan kelestarian sungai, kelestarian laut, dan sebagainya.

banyak orang yang memilih membela nilai nilai yang sudah mati, daripada membela kehidupan. membela ideology yang sudah mati, tetapi menafikan kehidupan. kebanyakan orang begitu kering dengan kehidupan, tetapi kaya dengan kematian

saya sering mengamati halaman-halaman rumah disekeliling saya. ternyata kebanyakan memilih mematikan segala kehidupan dengan cara mencor halaman dengan semen supaya rumput tidak tumbuh lagi. inilah cinta atas kematian itu. tidak mau melihat rumput tumbuh, atau bunga tumbuh didepan rumah. akibatnya adalah tanah tidak bisa menyerap air dan menimbulkan banjir.

Banyak orang rela mati untuk membela agama(saya tidak menyebut Tuhan telah mati atau hidup), tetapi tidak banyak orang yang rela mati untuk membela anak anak terlantar yang masih hidup, membela anak jalanan yang masih hidup, membela orang yang kelaparan yang hampir mati (masih hidup), dan membela orang orang miskin yang jelas jelas masih hidup di depan mata.

Sebentar lagi kita hanya bisa menyaksikan patung harimau, patung gajah, patung gorilla, patung singa, replika danau toba, danau toba bisa tinggal peta saja, kematian-kematian baru, karena kita lebih suka memilih patung kematian itu daripada kehidupan mereka.

sering saya juga terjerumus…membela kematian..ketika dipersimpangan jalanan ada seorang ibu menggendong bayi, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, yang sedang meminta-minta. saya bilang sama istri saya yang berusaha mencari recehan, tidak usah dikasih, nanti jadi terbiasa, lagian seharusnya itu tanggung jawab negara. tetapi istri saya menjawab, sudah, dikasih saja, mau gimana lagi, dia sudah mau mati, kok masih sempat mikirin ini itu. dalam hati kemudian aku berfikir, oh iya, istriku benar juga. situasional.

banyak juga orang yang fikirannya dihantui oleh bayangan bayangan yang sesungguhnya fatamorgana dan mati, sementara kehidupan didepan matanya ditepiskan.

Dalam dialog terakhir di film the last samurai, terjadi percakapan antara Kaisar dengan Nathan Algren (Tom Cruise), tentang kematian sang ‘the last samurai’. Kaisar, dengan mata berkaca-kaca bertanya kepada Nathan, “Ceritakanlah kepadaku bagaimana dia mati”. Nathan menjawab,”Saya tidak akan menceritakan kepadamu bagaimana dia mati, tetapi bagaimana dia hidup”. I belive in life before death. saurlin siagian, maret 2010

Free Hit Counters

Free Counter
Locations of visitors to this page