Sunday, July 21, 2019

Khabar dari tanah leluhur…(dan pelajaran buat kita)

Para penggiat gerakan sosial di negara +91 dengan penduduk terbesar kedua di dunia ini sedang tertunduk lesu. Betapa perjuangan yang mereka bangun bertahun tahun megap megap oleh hembusan politik identitas yang memenuhi ruang-ruang publik selama setahun terakhir. Sesuatu yang seperti hantu datang tiba tiba saja..menenggelamkan harapan harapan mereka akan perubahan

Awal tahun lalu, kelompok kelompok perubahan sosial ini sangat yakin bahwa rakyat mayoritas menginginkan kepemimpinan yang baru. Dalam beberapa tahun terakhir, hampir semua gerakan akar rumput dan kelas menengah sepakat; kantong kantong kemiskinan perkotaan dan sub urban meningkat tajam, para petani meninggalkan desa yang semakin tidak menarik karena prioritas dan keberpihakan kebijakan ke kota-kota. Sepanjang jalanan kota besar dipenuhi oleh homeless baik manusia dan hewan-khususnya sapi. Persoalan kasta juga belum beranjak; kekerasan struktural masih terjadi terhadap kelompok dalit. Hampir saja jutaan orang yang hidupnya disekitar-dan tergantung kepada- hutan dan tanah, terusir dari wilayah kelolanya oleh sebuah keputusan politik yang kemudian dianulir.

Namun, arah angin tiba tiba berubah kencang. Sejak paruh kedua tahun lalu, tiba tiba saja obrolan tentang kemiskinan, ketimpangan struktural, kerusakan ekologi tertimbun gelombang informasi politik indentitas. Para pelaku perubahan sosial meyakini bahwa arus besar yang tiba tiba ini sudah direncanakan dengan matang. Intinya; persoalan dasar rakyat yang gagal dijawab elit, harus ditutupi dengan politik identitas dan keterancaman palsu.

Al hasil, kelompok petani tak bertanah yang terkenal solid itu limbung,  perlawanan anti kelas ambedkar hingga perjuangan pembebasan dan kemandirian tanpa kekerasan gandhi, digerus oleh tsunami vurifikasi hindu, hingga penciptaan sentimen keterancaman kebangsaan oleh negara negara tetangga di perbatasan utara.

Kesimpulan perjalanan singkat ini; elit politik berhasil menutupi diskursus mendasar yakni urusan ketimpangan sosial dan kemiskinan yang semakin menganga dengan memakai politik identitas palsu.


Kingkong/newdelhi/19072019
Free Hit Counters
Free Counter Locations of visitors to this page