Tuesday, January 22, 2008

Ambil Ginting, Ketua Pemuda Rakyat, sekaligus Permata GBKP

Lolos dari Lau Gerbong
Sebenarnya aku ikut kian itu di lau gerbongkan. Yang dilau gerbong itu (dibunuh) itu adalah teman teman sekamar saya semua. Pada waktu itu pak Juda dari Tim ( Juda adalah komandan CPM ) datang itu. Kita akan dibawa ke Lau gerbong semua. Waktu malam itu,lampu dimatikan, terus ada mobil truk yang sudah dihidupkan standby menunggu diluar. Itu mobil pra. Katanya kami mau dipindahkan. mobil truk itu , suaranya masih mengiang ditelinga saya sampai sekarang , udah 40 tahun . aku ngeri kalau mendengar suara mobil pra, aku teringat kesitu. Sampai sekarang saya tidak tahu kenapa hanya saya yang luput malam itu. Besoknya saya tahu dari ibu saya waktu itu bahwa semua teman sekamarku itu di Lau gerbongkan. Saya tidak mengerti itu.

Mungkin Tuhanlah yang menyelamatkan saya waktu itu. Bayangkan sampai pakaian sayapun terbawa juga ke Lau gerbong, dan dipikir orang kampung itu aku juga sudah mati. Seharusnya aku yang harus mati sebagai atasan beberapa teman yang ikut dibunuh itu. (Tangsi Barus sebagai sekretaris satu. Saya sekretaris dua. Saya sebagai anggota dewan harian tingkat kabupaten. Kami ada 5 orang anggota dewan harian. Sama kami tidak ada istilah ketua) . Orang Karo bilang itu (kain itu) sebagai ‘pesilihi’ ( pesilihi artinya tumbal pengganti) Itu sebagai pengganti saya. Tikar saya dibawa dan dihanyutkan kesana.

Sebernarnya saya tahu kejadian itu (Lau Gerbong) setelah kejadian ini. Karena saya kan ditahan pada waktu itu. Karena ini semua kan teman saya satu kamar semua ini. Ceritanya waktu sya disiksa di peranggerahan itu. Kalau ketua tim itu pak Juda, CPM. Ada yang bilang ke penjara. Malam itulah mulai dipanggil teman teman saya disitu. Dipenjara kabanjahe. Waktu itu listrik dimatikan. Diperintahkan semua yang di penjara termasuk komandan tidak bisa negok gitu. Tapi saya memberanikan diri menengok lewat jendela. Waktu itu saya lihat teman saya diikat tangannya. Saya dengar ada motor pra yang suaranya sampai sekarang masih mendenging ditelinga saya, coba bayangkan sudah 40 tahun. Kira kira jika mesinnya itu sekarang dihidupkan saya masih hafal itu suara truknya. Standbay disitu. Baru lah mereka berangkat malam. Kami ini belum tahu mau dikemanakan. Karena katanya dipindahkan . besoknya malam kedua juga sama. Istilahnya tetap sama , dipindahkan, dan sama juga perlakuak terhadp orang itu , diikat. Jadi 4 hari kemudain kami baru tahu bahwa teman teman kami dibawa ke lau gerbong ini. Termasuk ibu saya sendiri menjelaskan bahwa teman teman saya sudah dibawa ke lau gerbong.

Jenisnya mobil pra itu. Bayangannya mobil pra itu seperti mobil perang Jepang, yang ada atapnya dan ada dindingnya. Itu ngga persis saya lihat karena ditahanan. Hanya dengar suaranya. Sudah itu baru kami sadar mereka dibawa kemari (Lau gerbong). Tahanan kriminal juga cerita kepada kami, teman teman kalian sudah di bunuh di lau gerbong. Setelah itu kami udah menggigil. Rasa takut sudah membanyangi kami.

Pelaku-pelaku Pembunuhan
Kalau menurut informasi yang saya ketahui dari KODIM, mereka ( pembunuh-pembunuh itu) adalah orang-orang pemuda pancasila dan komando aksi. Yang jelas dari KODIM juga. Komando aksi itu adalah ujung tombaknya untuk menghabisi kami. Selain itu juga dari PNI.

Keterlibatan PNI
Pernah saya dengar cerita sebelum saya ditangkap, katanya begini. Datang orang PNI ke kampung kita. Di kedai kopi dia cerita. Bahwa kita (PKI) ini sudah jaya, katanya. PNI adalah partai terbesar di tanah Karo beberapa tahun sebelumnya, itu terbukti dengan pemilu 55, mereka mayoritas di DPRD. Mereka tidak tahu saya kira. PNI melihat kita sebagai saingan utama, bahkan lawan. Sehingga mereka sangat benci dan ikut menghabisi kita tahun 65 itu.

Setelah Sukarno jatuh baru mereka sadar. Mereka (di)habis(i) juga. Tapi ada kemarin ditonjol tonjolkan kepada kami , bahwa peristiwa Bandar Betsi , letnan Sujono dibunuh PKI menjadi contoh yang terus menerus dikampanyekan untuk menghabisi kami . makanya tentara anti kali sama kami, karena itu saja yang ditonjolkan. PNI itu kan ada dua, jadi aku lupa itu PNI apa yang menghantam kita.

Komite Bayangan pengganti Komite Seksi
Terus satu lagi, biar kam tau. Setelah abang ini lari ( maksudnya Kumpul Ginting), termasuk abang Jenda Tarigan, maka kami bentuklah pada waktu itu Komite Bayangan. Komite bayangan itu untuk mengkordinir teman teman diseluruh tanah karo. Kami tidak tau abang ini dimana waktu itu.

Komite bayangan dibentuk kira kira tahun 1965. Karena bapak ini tidak nampak lagi, langsung kami dirikan itu. Bapak ini udah sporing waktu itu. Setelah itu lah aku baru ditangkap. Aku sebenarnya tertengkap karena saya tetap bertahan. Saya bertahan karena ingin terus memiliki dan bisa membagikaninformasi ke teman teman yang ada di desa. Jadi setelah saya ditangkap, habislah semua informasi tidak bisa diketahui lagi perkebangannya. Padahal saya juga sebenarnya sebagai guru politik dulu di tingkat kabupaten. Kalau PR itu kan disebut DN Aidit sebagai komunis muda.

Perlakuan ditahanan
Di tahanan, mereka (para pemeriksa) pikir aku punya ilmu kebal. Kam tau keladi? Nah batangnya itulah dipukulkan ke saya Biar kam tau, selama 9 hari sembilan malam dilistrik dikantor kodim itu. Mereka berfikir sama aku ada informasi karena aku pengurus waktu itu. Setelah saya dipindahkan ke Medan, baru sedikit tenang, karena mungkin di medan sudah lebih berpangkat dan lebih berpendidikan orang itu.

Saya ditahan diberbagai tempat tahanan. Pertama ditahan di kodim, setahun kemudian ke jalan Sena Medan, sudah itu satu tahun lagi, terus ke kilometer tujuh jalan Binjai, waktu itu kami ada ditahan 2000 orang, sudah itu ke Tanjung Kasau, 3 tahun. Aku sering bolak balik dibawa ke medan untuk diperiksa. Pemeriksaan saya terakhir di jalan binjai lagi, di suka mulia saya dibuat jadi saksi, disitu ketemu sama ibu Lintang( sekretaris Gerwani Kabupaten Labuhan Batu) dari labuhan batu itu.

Saya juga pernah jadi saksi dalam persidangan. Kalau tak silap saya dibebaskan tahun 1973. kemudian wajib lapor di Kabanjahe sama kodim . Saya tidak terlalu lama wajib lapor karena saya tidak banyak tingkah, saya patu sajalah. Setelah itu saya jadi saksi lagi, untuk abang Jenda Tarigan. Tahun 1973 atau tahun 1974. itu pimpinan di tanah Karo, orang nomor satu ,baru abang ini ( Kumpul Ginting). Dia masih hidup sekarang. Dipahanya ada ditembak itu. Dia juga anggota CDB Sumatera Utara. Dia tertinggi di CS ( Comite Seksi) kabupaten. Pak Jenda sekarang dikampung, istrinya juga ada, tapi sudah kurang waras dan sudah buta.

Menjadi pimpinan Pemuda Rakyat Kabupaten
Di Pemuda Rakyat ada jenjang pendidikan politik. Pertama ada SP, itu sekolah politik tingkat dasar. Dari SP tingkat Kecamatan ke SP kabupaten. Kalau saya dulu tamat dari SPDB, itu sekolah pilitik daerah besar, tingkat propinsi. Saya sekolah di Tanjung Balai dulu, selama 2 bulan. Makanya saya pernah gurunya dulu ditingkat kabupaten

Pendidikan –pendidikan politik di tingkat kecamatan dan desa aktif sekali kami lakukan untuk merekrut kader-kader baru di desa dan kecamatan. Bahkan kami melakukan pendidikan politik sampai ke daerah Aceh.

Eks tapol yang diterima baik keluarga
Penerimaan keluarga terhadap eks tahanan lebih baik di karo ini daripada didaerah lain. Salah satunya adalah karena disini adat itu sangat kuat. Kekerabatan membuat kita harus saling menghormati dan punya peran tertentu di adat. Saya kira juga batak seperti itu. Kami memang dari PR itu punya disiplin. Tidak seperti OKP sekarang. Kami dulu tidak main judi, tidak merampok, tidak main ganja, tidak mabuk-mabukan, makanya orang simpati kepada kita. Jangankan istri, pacar juga harus satu. Makanya orang simpati sama kita, begitu pula waktu kita keluar dari penjara. Karena prinsip kita adalah membebaskan manusia dari penindasan. Kalau seperti itu kan sudah penindasan. Makanya Amerika tidak senang sama kami. Mereka kan hanya perpikir untung , kalau tidak untung dihabisi. Makanya karena kami tidak suka penindasan, kami dihabisi Amerika.

saurlin.

No comments: