mengikuti beberapa pertemuan "orang tua" di belanda memberikan kesan yg sangat mendalam bagi saya. mereka adalah orang orang yang luar biasa, nasionalis tulen, yang selalu gelisah dan berfikir apa yang harus diperbuat untuk kebaikan bangsa indonesia yang sangat mereka cintai itu. mereka menangis melihat bangsa yang hanyut karena tidak ada pemimpin yang mencintai rakyat seperti jaman mereka, tidak ada yang berfikir untuk bangsa, kecuali hanya berfikir untuk diri sendiri dan oleh karenanya korupsi.
yah, ideologi satu-satunya mereka hanya, nasionalisme. itu sudah lebih dari cukup untuk membangun sebuah bangsa menjadi bangsa yang besar. hmm, nasionalisme, yang saat ini dianggap enteng anak-anak muda, sesungguhnya ideologi tua bangka yang diam-diam dimiliki bangsa bangsa besar didunia modern saat ini. mereka tidak terbuka menyebut bahwa ideologi itulah yang mereka miliki, kecuali hanya bicara demokrasi, liberalisme, hak asasi manusia, dan berbagai jargon besar lainnya.
nah tiba pada pertanyaan paling berat yang pernah dipertanyakan kepadaku. orang tua itu bertanya, sebagai generasi, menurutmu apakah ada ngga kondisi yang lebih baik bangsa kita kedepan? seperti apa generasimu melihat indonesia saat ini dan masa depan?
mulutku seperti kelu. aku bisa ceritakan panjang lebar tentang berbagai hal progress di indonesia, tetapi tidak dengan yang satu ini. apa yang dipikirkan generasi ini tentang dirinya dan bangsanya sendiri? siapakah yang dimaksud dengan generasi ini? dimana menjumpai mereka? adakah generasi ini, jika ya, dimanakah mereka? dalam berbagai hal, aku sepakat dengan indra j piliang yg menulis, generasi tanpa generasi.; generasi saat ini adalah generasi tanpa kaki, generasi selebritis, generasi koran, dan generasi tv.
mungkin memang, generasi saat ini adalah generasi playstation, generasi milis, hanya bisa berkoar2 melalui milis, generasi asosial. ah, tunggu dulu.
beberapa tahun terakhir, aku punya waktu berjalan kebeberapa tempat di indonesia diluar jakarta, seperti aceh, jogja,makassar,klaten, jateng, labuhan batu, pedesaan pelosok pegunungan karo, tapanuli selatan, nias..dan tentunya medan..perjumpaan dengan kelompok kelompok kecil yang masih mau mempersoalkan korupsi, mempersoalkan kemiskinan, masalah bendungan yg merusak petani, masalah buruh kebun yang gajinya hanya tiga ratus ribu sebulan, buruh kontrak, buruh industri,,,dll..seraya menatap indonesia, dengan tangan yang diusap kemuka, menarik nafas panjang, dan kemudian melepaskannya dengan keras...
setahun di jakarta juga memberi kesempatan berjumpa dengan berbagai orang dan situasi. tepatnya orang orang aneh. orang orang yang sangat berbeda dengan orang orang daerah. generasi elo-gua, ada yg nyebut generasi hare gene, generasi yang menurut , sekali lagi indra, generasi tanpa generasi ini. jakarta, memang secara sosial, menurut hemat saya, tidak akan menghasilkan generasi yang bisa melihat masa depan bangsa ini, generasi yang tidak mungkin sempat duduk sebentar dan merenungkan masa depan bangsa ini. lihatlah, jakarta itu adalah kota paling tidak pantas menjadi kota, jakarta adalah kumpulan para perampok, mafia, dari segala penjuru dunia berkantor disana. lihatlah, banjir bulanan yang merendamnya (bukan tahunan), polusinya yg terparah didunia. Universitas Indonesia? itu adalah sarang antek antek asing. sarang think tank untuk meruntuhkan bangsa ini, sejak jaman fe ui akhir 60-an, digarap oleh, apa yg disebut dengan mafia barkeley. aku tidak melihat masa depan indonesia akan berasal dari generasi yang ada di jakarta. mereka tidak punya waktu untuk memikirkan bangsa ini kecuali memikirkan dirinya sendiri, memikirkan perutnya sendiri. inilah kota pusat indonesia, yang virus-nya telah menulari daerah-daerah.
mengharapkan universitas-universitas dengan nama besar di indonesia? juga hampir tidak ada harapan. aku juga sering berjumpa dengan alumni ui, alumni itb, alumni ipb, unpad, dll yang namanya beken, tetapi kepalanya luar biasa tolol dan goblok. memang tidak semua. tapi kebanyakan. tolol kenapa? karena mereka menertawai orang yang masih punya mimpi bahwa indonesia ini bisa lebih baik. goblok karena bercita-cita jadi pegawai negri, pegawai beacukai, pegawai depkeu, dan kemudian dapat gaji, nikah, punya anak, dan orang tuanya punya cucu yg manis-manis.
(yah..memang masih ada satu dua orang yg tidak begitu)
universitas di daerah juga tertulari dengan pola berfikir seperti ini. lihat lah usu, baru baru ini sedang ribut dengan korupsi rektor ratusan milyar..bah..
satu-satunya harapan adalah kelompok-kelompok kecil yang ada di berbagai daerah, (khususnya luar jakarta). cobalah berjalan keberbagai kota kecil, dan temui kelompok2 kecil yang masih mau 'gila' lembur diskusi, menghabiskan waktu bersama petani, buruh kebun, buruh industri,..sesekali berrefleksi ke gunung, menjalin cinta dengan hutan dan sungai. dipundak merekalah, masa depan bangsa ini punya harapan.
nasionalis muda,
saurlin.
nl,22 feb 2008.
Friday, February 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Brur King,
Aku udah Hopeless melihat tingkah laku generasi muda di Jakarta ini.
Hampir dari semua generasi muda yang sempat aku diskusi sama mereka, ngga tau apa yang musti mereka lakukan untuk memperbaiki bangsa ini. Bukannya mereka ngga tau keadaan, tapi tau dan tidak mau tau. Lebih dalam lagi aku tanya tujuan hidup sama mereka, memang pertanyaan ini mendasar, dan sulit jawabnya, tapi sebagian besar dari mereka juga ngga tau apa itu tujuan hidup. Statement mereka kalo disimpulkan cuman satu : Goin with the flow alias ngikutin arus. Nah sedikit aku tantang, bukannya arus jaman ini menuju kehancuran moral, pemunduran daya pikir kritis, dan kealpaan pengenalan diri sendiri. Tetep mereka tidak bisa mengerti bahasa2 tersebut. Contoh paling gampang aku tanya sama mereka siapa idola mereka, ada yang selebritis, ada yang olahragawan ada juga sih pejuang2 nasionalis kita jaman kemerdekaan, tapi kalo di tanya dasar apa yang membuat idola2 mereka bisa jadi terkenal, tetap mereka ngga tau. Mungkin Given, atau mungkin otak dan kemampuan mereka yang begitu luar biasa dahsyat sehingga idola2 itu ngga bisa didekatin dengan cara dasar manusia mengenali kehidupan mereka: Tujuan Hidup.
Setuju aku kalo disebut lulusan universitas2 besar di Indonesia sekarang ngga ada gunanya. Tetapi ngga semuanya begitu. Akan tetapi, sebagian besar yang begitu. Kelakuan para lulusan dari Univeritas yng Kredibel, didunia kerja lebih sableng dari generasi2 tua mereka. Kenapa lebih sableng karena mereka menggunakan otaknya yang cemerlang itu untuk melanggengkan nafsu2 serakah tikus2 tua, pengusaha, DPR
Pegawai Negeri dll. Nah kalo mereka nanti mereka jadi pemimpin bgm lagi ?, yang pasti akan lebih rakus dan serakah dari generasi sebelumnya, mereka lebih tahu cara untuk curang.
Aku melihat sendiri dan menyaksikan sendiri tikus2 tua menyetir para intelektual muda untuk berpikir miring. Sekarang moral menjadi kabur bagi generasi muda. karena yang tua ngajarin moral bejat sama mereka. Yah di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, tempat main, jadi tempat yang sama2 mengaburkan. Kita ngga bisa serta-merta nyalahin mereka. Karena siapa juga yang bisa bertahan dalam kondisi seperti itu, apa bukti nyata yang mereka bisa saksikan tentang nasionalisme, apa yang bisa mereka rasakan dalam hati mereka sehingga ada kesadaran bahwa mereka itu adalah generasi muda penerus bangsa ini. Kalo kita bicara perjuangan kemerdekaan 45, udah basi. Kalo kita ngomongin tokoh dunia2 seperti Gandhi, Marthin Luther, Mother Teresa, itu sangat asing bagi mereka, dalam artian mereka hanya mengenal sejarahnya saja. Pikiran2 tokoh2 itu tak terikuti mereka, habis tidak ada di kurikulum sejarah.
Kita udah ngga bisa nyalahin sejarah, karena toh ngga ada efeknya kalo tidak ada perubahan. Perubahan bagi generasi muda sudah sering terjadi tapi secara spontanitas, habis itu, yah habis, karena tidak mengakar (reformasi 97, Malari dll). Terus kemanakah perginya semangat reformasi itu?. Itu yang musti di cari, perubahan sosial
dan ekonomi udah mengarah seperti tahun 97. Mudah2an jangan terjadi perubahan spontanitas seperti kemarin. Dampaknya akan lebih buruk bagi generasi seterusnya.
Kita musti teruskan perjuangan, dari kelompok2 kecil, bukan aja di daerah, kenapa ngga di Jakarta. mudah2an bisa. kami yang di Jakarta bisa juga berjuang. Coba kita cari kelompok2 kecil di daerah yang se ide.
salam,
J Harold.
Post a Comment