Para penggiat gerakan sosial di negara +91 dengan penduduk
terbesar kedua di dunia ini sedang tertunduk lesu. Betapa perjuangan yang mereka
bangun bertahun tahun megap megap oleh hembusan politik identitas yang memenuhi
ruang-ruang publik selama setahun terakhir. Sesuatu yang seperti hantu datang
tiba tiba saja..menenggelamkan harapan harapan mereka akan perubahan
Awal tahun lalu, kelompok kelompok perubahan sosial ini
sangat yakin bahwa rakyat mayoritas menginginkan kepemimpinan yang baru. Dalam
beberapa tahun terakhir, hampir semua gerakan akar rumput dan kelas menengah
sepakat; kantong kantong kemiskinan perkotaan dan sub urban meningkat tajam,
para petani meninggalkan desa yang semakin tidak menarik karena prioritas dan
keberpihakan kebijakan ke kota-kota. Sepanjang jalanan kota besar dipenuhi oleh
homeless baik manusia dan hewan-khususnya sapi. Persoalan kasta juga belum
beranjak; kekerasan struktural masih terjadi terhadap kelompok dalit. Hampir
saja jutaan orang yang hidupnya disekitar-dan tergantung kepada- hutan dan
tanah, terusir dari wilayah kelolanya oleh sebuah keputusan politik yang
kemudian dianulir.
Namun, arah angin tiba tiba berubah kencang. Sejak paruh
kedua tahun lalu, tiba tiba saja obrolan tentang kemiskinan, ketimpangan
struktural, kerusakan ekologi tertimbun gelombang informasi politik indentitas.
Para pelaku perubahan sosial meyakini bahwa arus besar yang tiba tiba ini sudah
direncanakan dengan matang. Intinya; persoalan dasar rakyat yang gagal dijawab
elit, harus ditutupi dengan politik identitas dan keterancaman palsu.
Al hasil, kelompok petani tak bertanah yang terkenal solid
itu limbung, perlawanan anti kelas
ambedkar hingga perjuangan pembebasan dan kemandirian tanpa kekerasan gandhi,
digerus oleh tsunami vurifikasi hindu, hingga penciptaan sentimen keterancaman
kebangsaan oleh negara negara tetangga di perbatasan utara.
Kesimpulan perjalanan singkat ini; elit politik berhasil
menutupi diskursus mendasar yakni urusan ketimpangan sosial dan kemiskinan yang
semakin menganga dengan memakai politik identitas palsu.
Kingkong/newdelhi/19072019
Free Counter