Sistem
politik di kenya hampir sama dengan indonesia saat ini kecuali fakta
bahwa Indonesia merdeka dua dekade lebih awal dari kenya yang merdeka
tahun 1964. Indonesia mengalami reformasi sistem politik tahun 1999,
sementara kenya tahun 2002. Persamaannya adalah, sebelum tahun-tahun
itu, ada satu partai politik yang mengendalikan pemerintahan seperti
golkar di indonesia. Perubahan yang terjadi lebih pada Reformasi yang
soft tanpa revolusi berdarah: Suharto digantikan wakilnya Habibie, dan
Daniel Moi digantikan oleh wakilnya Kibaki.
Pada era multipartai, dimana ketidakpuasan meningkat kepada partai penguasa, tahun 2002, kepemimpinan kenya berpindah ke partai oposisi, KANU, seperti Golkar berpindah ke PDIP beberapa tahun sebelumnya. Tetapi partai baru yang banyak diisi oleh wajah baru memimpin indonesia berikutnya, yakni partai demokrat.
Namun, ada beberapa persamaan diskursus di dua negara selama bertahun tahun setelah berlakunya Sistem politik liberal multipartai; memproduksi kekuasaan yang berlandaskan pada kekuatan modal-uang, partai yang korup, dan instabilitas.
Dalam 10 tahun terakhir di dua negara ini wacana terbentuk begitu rupa oleh cendekiawan, politisi, media, dan pemimpin politik; bahwa negaranya tidak becus, bahwa birokrasi dan semua institusi negara korup, bahwa negara tidak bermasadepan, bahwa negara menuju kehancuran, dan dikuasai oleh para maling, media dikuasai oleh para politisi yang merangkap sebagai pengusaha. Para KPU dan pengawas pemilu diisi oleh para sindikasi orang orang tua. Indonesia dan Kenya seperti tidak bermasa depan sama sekali...inilah frame yang terbangun apik di alam pikiran setiap orang di dua negara ini, juga diluar negeri.
Fenomena yang menarik adalah ini; Kenya melakukan pemilihan umum bulan yang lalu, april 2013, dan menghasilkan wajah politik yang sangat berbeda dan tidak diduga: Kenya dipimpin oleh orang-orang muda.
Presidennya Uhuru Kenyatta adalah presiden termuda sepanjang kepemimpian Kenya, 51 tahun. Anggota anggota dpr di kabupaten dan nasional rata rata berumur antara 25 hingga 45 tahun. Sebelumnya selalu diatas 60 tahun. Media memberitakan bahwa ini adalah pemerintahan kalangan muda; yakni kalangan digital melawan kalangan manual. Atau generasi digital melawan generasi analog. Tetapi yang lebih mendasar, seorang profesor warga kenya berumur 60-an tahun berpendapat, bahwa kebangkitan kaum muda ini adalah kebangkitan yang berbeda dengan apa yang diprediksi banyak orang; mereka adalah kaum muda yang berbeda dengan apa yang diberitakan koran dan tv; mereka adalah kaum muda yang punya cita cita luhur tentang kenya masa depan. Tidak seperti yang diberitakan dalam media publik; mereka punya kehendak lain, dan kampanye yang lain; yakni kaum muda harus mengambil alih kepemimpinan dari orang orang yang tidak punya cita cita mulia, orang orang muda bersih harus menduduki pemerintahan untuk kesejahtaraan rakyat kenya. Kampanye ini berjalan begitu rapi dari mulut ke mulut, para aktivis partai melakukan kerja turun kebawah dan kepedesaan. Para profesional muda menjanjikan untuk membangun kewirausahaan, entrepreneurship. Hasilnya? Saat ini mereka menjadi pemimpin politik di level nasional hingga level kabupaten di kenya.
Bagaimana dengan Indonesia? Kita akan segera mengadakan pemilu kembali tahun depan, 2014. Saat ini wacana terus menerus merecoki dari merauke sampai sabang; bahwa tidak ada tanda tanda bangsa ini akan bangkit. Bangsa ini makin korup, partainya makin buruk, rakyat pragmatis, birokrasi makin akut. Tentara dan polisi tanpa kendali, dan menjadi preman jalanan. Toleransi makin hancur berkeping keping. Ini adalah negeri rampok, dari pemimpin tertinggi hingga pencopet kecil kecilan di jalanan. (tulisan seperti ini gampang sekali kita temui; di jakarta post, beberapa bulan lalu seorang amerika pernah menulis tentang hal ini dan saya sangat prihatin dengan tulisan itu)
Adakah yang memberitakan bahwa masih ada anak-anak muda yang bercita cita luhur di negeri ini? Adakah yang mencoba membangun sebuah governance dari berbagai level, bahwa ada kelompok-kelompok yang punya harapan indah terhadap masa depan negri ini? Adakah yang menolak wacana dominan tentang sebuah negri yang tidak mungkin diselamatkan? Kita ditantang untuk menciptakan ini, whatever pemberitaan dominan, whatever analisis kaum akademis. Percayalah, masih ada indonesia yang lebih baik dari semua yang dikata-katain orang di tv, koran, seminar, dan hingga kedai kopi. Percayalah, generasi ini, dan yang akan datang, bisa lebih baik. (king)
Pada era multipartai, dimana ketidakpuasan meningkat kepada partai penguasa, tahun 2002, kepemimpinan kenya berpindah ke partai oposisi, KANU, seperti Golkar berpindah ke PDIP beberapa tahun sebelumnya. Tetapi partai baru yang banyak diisi oleh wajah baru memimpin indonesia berikutnya, yakni partai demokrat.
Namun, ada beberapa persamaan diskursus di dua negara selama bertahun tahun setelah berlakunya Sistem politik liberal multipartai; memproduksi kekuasaan yang berlandaskan pada kekuatan modal-uang, partai yang korup, dan instabilitas.
Dalam 10 tahun terakhir di dua negara ini wacana terbentuk begitu rupa oleh cendekiawan, politisi, media, dan pemimpin politik; bahwa negaranya tidak becus, bahwa birokrasi dan semua institusi negara korup, bahwa negara tidak bermasadepan, bahwa negara menuju kehancuran, dan dikuasai oleh para maling, media dikuasai oleh para politisi yang merangkap sebagai pengusaha. Para KPU dan pengawas pemilu diisi oleh para sindikasi orang orang tua. Indonesia dan Kenya seperti tidak bermasa depan sama sekali...inilah frame yang terbangun apik di alam pikiran setiap orang di dua negara ini, juga diluar negeri.
Fenomena yang menarik adalah ini; Kenya melakukan pemilihan umum bulan yang lalu, april 2013, dan menghasilkan wajah politik yang sangat berbeda dan tidak diduga: Kenya dipimpin oleh orang-orang muda.
Presidennya Uhuru Kenyatta adalah presiden termuda sepanjang kepemimpian Kenya, 51 tahun. Anggota anggota dpr di kabupaten dan nasional rata rata berumur antara 25 hingga 45 tahun. Sebelumnya selalu diatas 60 tahun. Media memberitakan bahwa ini adalah pemerintahan kalangan muda; yakni kalangan digital melawan kalangan manual. Atau generasi digital melawan generasi analog. Tetapi yang lebih mendasar, seorang profesor warga kenya berumur 60-an tahun berpendapat, bahwa kebangkitan kaum muda ini adalah kebangkitan yang berbeda dengan apa yang diprediksi banyak orang; mereka adalah kaum muda yang berbeda dengan apa yang diberitakan koran dan tv; mereka adalah kaum muda yang punya cita cita luhur tentang kenya masa depan. Tidak seperti yang diberitakan dalam media publik; mereka punya kehendak lain, dan kampanye yang lain; yakni kaum muda harus mengambil alih kepemimpinan dari orang orang yang tidak punya cita cita mulia, orang orang muda bersih harus menduduki pemerintahan untuk kesejahtaraan rakyat kenya. Kampanye ini berjalan begitu rapi dari mulut ke mulut, para aktivis partai melakukan kerja turun kebawah dan kepedesaan. Para profesional muda menjanjikan untuk membangun kewirausahaan, entrepreneurship. Hasilnya? Saat ini mereka menjadi pemimpin politik di level nasional hingga level kabupaten di kenya.
Bagaimana dengan Indonesia? Kita akan segera mengadakan pemilu kembali tahun depan, 2014. Saat ini wacana terus menerus merecoki dari merauke sampai sabang; bahwa tidak ada tanda tanda bangsa ini akan bangkit. Bangsa ini makin korup, partainya makin buruk, rakyat pragmatis, birokrasi makin akut. Tentara dan polisi tanpa kendali, dan menjadi preman jalanan. Toleransi makin hancur berkeping keping. Ini adalah negeri rampok, dari pemimpin tertinggi hingga pencopet kecil kecilan di jalanan. (tulisan seperti ini gampang sekali kita temui; di jakarta post, beberapa bulan lalu seorang amerika pernah menulis tentang hal ini dan saya sangat prihatin dengan tulisan itu)
Adakah yang memberitakan bahwa masih ada anak-anak muda yang bercita cita luhur di negeri ini? Adakah yang mencoba membangun sebuah governance dari berbagai level, bahwa ada kelompok-kelompok yang punya harapan indah terhadap masa depan negri ini? Adakah yang menolak wacana dominan tentang sebuah negri yang tidak mungkin diselamatkan? Kita ditantang untuk menciptakan ini, whatever pemberitaan dominan, whatever analisis kaum akademis. Percayalah, masih ada indonesia yang lebih baik dari semua yang dikata-katain orang di tv, koran, seminar, dan hingga kedai kopi. Percayalah, generasi ini, dan yang akan datang, bisa lebih baik. (king)
Free Counter