Kurang lebih sekitar 100 orang penganut Kristen protestan menonit di tapanuli selatan masih terlacak melalui para keturunannya. Secara formal, saat ini mereka sudah bergabung ke GKPA (gereja lokal beraliran Lutheran). Seperti apa kondisi mereka saat ini? Apa dampaknya setelah mereka menyatukan diri ke GKPA. Seperti apa nasib asset asset menonit yang diserahkan kepada jemaatnya. Seperti apa hubungan menonit yang ada di tapsel dengan aliran menonit dibelahan bumi yang lain.
Sebenarnya menonit memiliki sedikit perbedaan dengan GKPA, gereja yang memisahkan diri dari HKBP. Aliran GKPA adalah Protestan Lutheran, sementara menonit adalah salah satu varian protestan yang lebih radikal. Inti dari perbedaannya adalah soal baptisan, dimana menonit hanya mengakui baptisan dewasa. Kelompok menonit memutuskan untuk bergabung dengan GKPA karena jemaat yang kecil, sekitar 100-an orang.
Kehadiran menonit di tapanuli selatan berawal dari kedatangan missionaris menonit dari Belanda tahun….(abad 18). Missionaris menonit sebenarnya lebih awal kedatangannya dibandingkan dengan RMG di Tapanuli yang juga masuk melalui Sipirok, tapanuli selatan. Pertama kali, menonit memperoleh pengikut di Pakantan, Tapanuli Selatan ( sekarang telah menjadi kabupaten Mandailing Natal). Kehadiran menonit mendapat sambutan dan berhasil untuk pertama kalinya membaptis masyarakat lokal menjadi Kristen dan mendirikan gereja di Pakantan. Saat ini pekuburan para missionaris menonit masih bisa disaksikan di pinggiran kecamatan Pakantan.
Meskipun jemaat menonit telah bergabung ke GKPA, akan tetapi mereka tetap memiliki forum bersama sesame jemaat menonit. Saat ini forum ini dipimpin oleh bapak Nasution (?). Segala asset asset menonit telah dihibahkan pula kepada GKPA. Kami bergabung dengan GKPA karena jemaatnya tidak berkembang, kata bapak Nasution. Waktu bergabungnya, menurut nasution, persis ketiga GKPA terbentuk atau memisahkan diri dari HKBP.
Kontak antara forum ini dengan menonit yang berpusat di Amsterdam masih terjalin dengan baik. Terbukti dengan kunjungan rutin beberapa tokoh menonit dari Amsterdam ke Pakantan. ( perlu penjelasan, siapa yang berkunjung dan kapan saja mereka berkunjung). Komunitas ini bisaanya dikenal bukan sebagai menonit sekarang ini, tetapi “punguan Kristen pakantan” yang tersebar juga dibeberapa kota seperti Medan dan Jakarta.
Gereja menonit biasanya memakai symbol ayam di puncak bangunannya, sebagai symbol bahwa sebelum ayam berkokok, Yesus disangkal oleh manusia hingga tiga kali.
By saurlin. ( catatan ini masih perlu dilengkapi...)
Free Counter
Thursday, April 23, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment